The Missing Part

12:51:00

Siang ini, saya memutuskan membuat segelas kopi ekspresso, oleh-oleh dari seorang teman kantor yang beberapa minggu yang lalu baru kembali dari Laos. Padahal sudah banyak tidur, bangun siang. Tapi, entah kenapa hawa malas masih bersarang. Yang agak menghambat saya mengerjakan pe-er kantor di Minggu siang yang lumayan cerah ini.

Segelas kopi di siang hari mengingatkan saya akan kebiasaan tetangga depan rumah yang sudah seperti Ibu saya sendiri. Saya memanggilnya Mama', seperti anak-anaknya memanggil beliau. Minggu siang biasanya Ibu saya menyetrika pakaian di bagian samping rumah yang dekat jaraknya dengan teras rumah yang hanya selabar 1.5 meter. Jarak yang dekat juga dengan rumah tetangga depan rumah, karena gang yang juga selebar sekitar 1.5 meter. Itulah mengapa di antara satu rumah dengan rumah lainnya privasi tidak begitu banyak didapatkan. Jarak yang dekat untuk sekadar berbincang dari teras rumah masing-masing. Yang membuat saya dan beberapa tetangga sudah seperti keluarga.

Like the real bro & sis


Sejak lahir sampai kelas 2 SMP saya tinggal di rumah itu. Sampai pada suatu hari, karena Bapak mau pensiun. Kami sekeluarga memutuskan pindah rumah dari rumah dinas yang sudah ditempati sejak tahun 1987 (bahkan sebelum kakak saya lahir), ke rumah kami sendiri yang jaraknya tidak begitu jauh. Mungkin sekitar 1 KM, atau kurang. Tetapi, perpindahan itu ternyata membuat saya seperti tidak bisa move on. Karena mungkin terlalu banyak memori yang terbentuk selama saya menempati rumah sederhana yang ketika hujan menjadi sangat berisik karena atap seng yang digunakan sebagai penutup. 

Rumah yang dulunya hanya beralas tanah. Kemudian menjadi ubin plester seadanya. Yang kemudian perlahan Bapak dan Ibu merenovasinya dengan lantai keramik. Tempat saya menghabiskan banyak waktu saya untuk bermain. Masa kecil yang sederhana tapi bahagia. 

Random banget dan agak di luar topik. Kalau ada yang nontonin Reply series, drama korea yang formatnya flashback ke tahun-tahun tertentu, kehidupan pertetanggaan yang saya ceritakan di atas itu mirip banget sama Reply 1988. Mungkin itu yang membuat saya memfavoritkan Reply 1988 dibanding Reply Series lainnya. Sisi kekeluargaannya paling menonjol di banding seri Reply 1997 dan Reply 1994. Dari yang main ke rumah tetangga nyelonong aja karena kayak rumah sendiri, bertukar makanan, ngebantu tetangga yang lagi kesulitan, ribut kecil, banyak banget scene yang mirip. How I miss those neighborhood  life. Jeleknya, di lingkungan rumah yang sekarang, kehidupan pertetanggaan saya gak sehidup yang dulu waktu di rumah lama. Mungkin karena jarak rumah yang agak jauh. Dan ketemu di saat bukan umur anak-anak, jadi sedikit waktu yang bisa kami pakai untuk saling kenal, main, atau menghabiskan waktu bersama. Jadinya gak begitu dekat.

Kenapa Minggu siang ini jadi baper begini ya? Hahaha
Gak apa-apa. Karena memori saya di bagian ini memang harus dituliskan.
Kalau kalian, gimana kehidupan pertetanggaannya? 
Adakah kenangan masa kecil yang kalian rindukan?

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Total Pageviews