Day #23: Backpacker Trip to Neighbour Country #NulisRandom 2015
06:56:00
“The world is a book, and those who do not travel read
only one page” (St. Augustine)
Kalimat di atas hanya satu dari sekian banyak quotes yang selalu membuat saya
berkeinginan untuk travelling. Jangan
salah, travelling itu tidak harus
menuju ke tempat yang jauh dan berbiaya mahal. Karena menurut saya, travelling adalah bagaimana seseorang menikmati
sebuah perjalanan dan mendapatkan hal baru. Ketika kembali ke rumah, kita tidak
akan menjadi pribadi yang sama dengan yang sebelumnya, karena setidaknya ada satu hal kecil yang bertambah pada diri kita. Pengalaman
dan hal-hal baru pun terangkai dan mengantarkan kita pada titik klimaks
perjalanan, yaitu destinasi. Pada akhirnya kita akan tersadar bahwa ada tempat
untuk kembali, tempat di mana kita menemukan keluarga dan teman-teman tercinta,
home.
Travelling
itu tidak harus jauh, yang terpenting
adalah bagaimana kenikmatan perjalanan yang didapatkan. Kali ini, Alhamdulillah
saya mendapatkan kesempatan untuk melancong agak jauh dari rumah saya di
Jakarta. Setelah sekian lama, baru sekarang kesempatan bercerita ini ada. Jadi,
sekitar awal Desember, tiket
pesawat AirAsia lagi lumayan murah. Saya
yang sering banget random buka web-web tiket pesawat waktu itu pengen banget beli
tiketnya. “Mau ke mana ya?”, pikir saya saat itu. Kalau ada uang
banyak, pingin banget berangkat ke Seoul hahaha. Saya sempat kepikiran, ke Singapore aja apa ya? Hmm... Mungkin lebih terjangkau untuk mahasiswa seperti
saya. Tiket ke Singapore
ternyata masih agak mahal karena pajak Changi Airport bisa kena Rp300,000,-.
Jadilah saya cek ke negeri tetangganya, dan ternyata lebih murah! Abis itu,
giliran saya bingung mau ajak siapa untuk jadi partner jalan. Bisa aja saya
nekat pergi sendiri, tapi berhubung ini perjalanan pertama saya ke luar
Indonesia, jadi bakalan lebih baik kalo ada partner perjalanan. Dengan kesibukan skripsi dan les persiapan IELTS, akhirnya di tempat les saya iseng ajak teman saya yang possible untuk
diajak travelling, yaitu
si Ame. Dengan pinjem komputer di TBI, akhirnya malam itu kita jadi beli
tiket pesawat PP Jakarta-KL-Jakarta untuk
pergi selama... 1 minggu! XD Karena itu udah harga yang paling murah. Gak
mikir besoknya bakal gimana, kita sepakat kalo yang terpenting waktu itu adalah
tiketnya udah kebeli *plak*.
Sekitar bulan Desember, maskapai pesawat yang bakal
kita pake itu kena musibah. Saya khawatir hal ini bikin orang tua gak izinin
saya pergi ke Malaysia dan Singapore, tapi Alhamdulillah ternyata tetap
diizinin :”) Januari pun datang, dan hari jalan-jalan saya semakin dekat
(yuhuuw!).
Sebelum
berangkat tanggal 14 Januari, waktu
itu saya ada sidang skripsi dulu sekitar 5 hari sebelumnya (tanggal 9 Januari). Setelah sidang, saya
harusnya cepet-cepet revisi dan minta tanda tangan penguji. Belum lagi hari
Minggu, 11 Januari (dua
hari setelah sidang) ada nikahan kakak saya. Rasanya hari-hari itu sangat beruntut dan
padat merayap. Untungnya masih bisa curi waktu untuk revisi skripsi, dan di
hari Selasa dan Rabu saya ke kampus untuk minta tanda tangan. Sempat ada
masalah karena dosennya belum datang ke kampus padahal Rabu siang maksimal jam
12 saya harus udah caw dan berangkat ke bandara. Akhirnya saya pending
minta tanda tangan revisiannya sampe saya udah pulang lagi (jangan diikutin
ya, sesat hohoho), untunglah dosen-dosennya baik.
Sempet dianter Bapak ke kampus dan ke tempat ketemuan
sama Ame untuk barengan ke bandara, akhirnya saya pun sampe di terminal 3
Bandara Soekarno Hatta, yeay!
Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Dokumentasi Pribadi) |
Pesawat
saya dan Ame berangkat jam 3 sore dari Jakarta. Perjalanan ke KL memakan waktu sekitar
2 jam. Berhubung promo dan kantong mahasiswa (hemat), saya dan Ame gak beli
bagasi dan jadilah kita harus bawa bawaan yang seefisien mungkin. Satu ransel
dan satu tas kecil harus cukup untuk perjalanan selama seminggu.
Satu orang kena total biaya PP Rp 510,000,-
(masih mahal ya?)
|
Begitu sampe di KLIA, saya dan Ame langsung cari pintu keluar. Jalan yang kita lewatin dari keluar pesawat sampe keluar itu bener-bener panjang dan terasa linear banget, luruuuus terus. Mungkin karena kelas ekonomi juga kali, jadi pintu keluarnya jauh? XD Di sepanjang jalan, saya dan Ame ketawa-ketiwi baca signage dalam bahasa Melayu. Toilet jadi “tandas”, dan masih banyak yang lainnya. Karena takut salah paham, saya pun baca terjemahan bahasa inggris dari setiap signage yang dilihat.
Lihat kesana-sini ternyata KLIA di
lantai bawah yang dekat pintu keluar ini lumayan ramai. Banyak tempat makan dan
toko-toko retail kayak di mall Jakarta, dan juga tempat penukaran mata uang
yang saya datangin begitu nemuin lokasinya (berhubung di Jakarta baru tuker
uang ke dollar SG aja). Saya dan Ame langsung cari tempat sholat, yang ternyata
bersih dan nyaman. Menemukan tempat ibadah di setiap tempat yang baru saya
kunjungi adalah salah satu hal favorit di setiap perjalanan yang saya lakukan. Entah
kenapa, rasanya senang untuk bertemu dengan saudara-saudari seiman dan mengunjungi
rumah Allah di berbagai penjuru dunia.
Abis ini, saya dan Ame harus ke Sentral
Kuala Lumpur untuk naik kereta yang bakalan ngebawa kita ke Singapore (Woodlands).
Harusnya kita naik shuttle bus AirAsia
yang kayaknya gratis. Tapi karena takut macet, jadilah kita memutuskan untuk
naik kereta aja ke SKL. Kalo gak salah ingat, kita bisa naik kereta dalam kota
yang lumayan murah, tapi saya dan Ame salah dan malah naik kereta yang tiketnya
mahal. Sekali perjalanan sekitar RM 35 huhuhu (bisa sekitar Rp 105,000,-).
Padahal perjalanannya pun gak jauh. Antara sedih karena belum apa-apa udah
bokek, atau senang karena keretanya oke kayak begini…
Dokumentasi Pribadi |
Di atas kursi yang empuk ini, saya
lihat ada layar yang mempromosikan pariwisata Malaysia. Gak banyak orang yang
pake kereta ini, sepertinya memang target pasarnya adalah orang-orang kelas
atas. Omong-omong soal kereta ini, terlintas dalam kepala saya, Malaysia sudah
agak lebih maju dari Indonesia dalam mengemas pariwisatanya. Dari jendela
berukuran besar saya lihat jalan raya dan mobil-mobil yang masih berlalu-lalang
walaupun sudah cukup malam. Pengguna sepeda motor pun ada, tetapi tidak seruwet
Jakarta. Menara Petronas terlihat dari kejauhan, disapu cahaya buatan yang
membuatnya tampak kokoh tinggi menjulang. Di sekitarnya berjejer gedung-gedung
dan permukiman, yang kepadatannya lagi-lagi mengingatkan saya akan kota
Jakarta.
Akhirnya sampe juga di Sentral Kuala
Lumpur. Karena kereta yang akan dinaikin masih jam 11 malam jadwal
berangkatnya, akhirnya kita makan dulu. Setelah keliling-keliling, akhirnya
kita putusin untuk makan di KFC.
KFC Sentral Kuala Lumpur (Dokumentasi Pribadi) |
Harga makanan di KFC ini hampir sama
kayak yang kita temuin di Indonesia. Ayam di sini lebih gede, tapi rasanya
kalah enak sama yang di Indonesia, begitu juga sama sausnya. Ternyata paketnya
gak pake nasi putih macem di Jakarta, tapi semacam salad atau entah apa (ada
banyak bombaynya, dikasih mayonnaise, udah gitu dingin, aneh rasanya). Bisa
juga diganti pake semacam kentang dihalusin yang ditambah pake semacam bumbu kari,
yang ini boleh deh rasanya.
Abis
makan, saya dan Ame langsung caw untuk naik kereta. Liat kondisi keretanya,
jadi inget sama kereta di Indonesia. Belakangan saya tahu kalau gerbong di kereta
ini bervariasi, karena ada yang formatnya tempat tidur berukuran pas untuk per satu
orang gitu.
Gerbong yang saya naikin (Dokumentasi Pribadi) |
Perjalanan dari Sentral Kuala Lumpur
ke Woodlands, Singapore, memakan waktu sekitar delapan jam. Huwaah kayak
Jakarta-Jogja aja ini. Di perjalanan ke arah selatan Malaysia ini, saya lihat pemandangan
dari balik jendela berganti dari gedung-gedung tinggi, jalan raya, jalan
layang, permukiman dari yang teratur hingga yang padat penduduk bahkan di
pinggir rel seperti di Indonesia pun ternyata juga ada. Belum lagi saya lihat
ada stasiun Gemas yang menjadi salah satu titik melintasnya kereta ini,
menambah daftar kata lucu yang saya temui di negeri ini.
Karena semakin gelap, tidak banyak
pemandangan yang dapat saya lihat ke balik jendela. Akhirnya, saya banyak
menghabiskan waktu untuk beristirahat. Setiba di stasiun Johor Baru, penumpang
yang mau melanjutkan perjalanan ke Singapore harus turun dulu dan pergi ke
bagian imigrasi. Setelah itu perjalanan dilanjutkan. Sekitar jam 6 pagi, suara
riuh penumpang Bapak-bapak membuat saya heran dan akhirnya sadar kalau kereta
ini akan menyeberang jembatan laut dan akan sampai tujuan akhir yaitu stasiun
Woodlands, Singapore.
-to
be continued-
0 komentar